Satu kata yang bisa mengutarakan opiniku sekarang ini.
Ya ampun, coba bayangkan
Kamu mendapati dirimu mengagumi seseorang yang bahkan saat pertama kali kamu mengenalnya, kamu (sangat) tidak menyukainya. Kamu mengira orang itu sombong, orang angkuh dan hanya mau mengobrol dengan orang-orang yang sudah dikenalnya; tapi lambat laun kamu malah mendapati dirimu ingin mengetahui tentang dirinya -- mengenalnya lebih jauh.
He's smart, he's clever, he likes to argue, he likes to help. He smells good, he's crazy and funny without meaning to be.
Dan aku mengaguminya.
.
.
.
.
.
.
Parahnya lagi, mungkin, ya, aku menyukainya.
I just can't help but smile when I'm with him.
Dia bisa sekali mengarang cerita aneh nan ajaib yang diluar imajinasi orang-orang, namun aku tetap tertawa saat mendengar cerita anehnya. Sekarang entah siapa yang lebih aneh.
Dia bisa sekali mengarang cerita aneh nan ajaib yang diluar imajinasi orang-orang, namun aku tetap tertawa saat mendengar cerita anehnya. Sekarang entah siapa yang lebih aneh.
"Dia jaim", kata teman-temanku.
Ya, dia memang tipe orang yang tidak akan memulai percakapan dengan orang-orang yang tidak dia kenal baik sebelumnya. "Tampangnya serius terus", dan "orangnya susah diajak bercanda" bukan hal baru yang kau dengar dari orang lain tentangnnya.
Tapi malah justru itu yang membuatku ingin tahu.
But then chaos comes when you know he's seeing someone (re: punya gebetan~) and he seems already know that you like him.
Dang!
Dang!
Satu hal yang aku benci adalah; kita tidak bisa mengatur perasaan kita saat kita menyukai orang.
Kamu tidak bisa menahan senyummu dan berlagak biasa saja atau memasang tampang poker face jika kamu sedang bersama orang itu.
Mungkin sikapku yang seperti itulah yang menggambarkan cukup "jelas" sehingga dia tahu.
.....................mungkin? aku tidak tahu.
Kemudian dia menjadi seseorang yang dingin lagi, menjadi orang yang sangat berhati-hati untuk mengobrol dengan kamu, yah, bilang saja, jutek.
"Bagus dong Vi, mungkin dia begitu emang krn berarti dia gamau php-in kamu," salah satu temanku bilang begitu. Well....
Sayangnya, kita gabisa begitu aja ngapus perasaan kita terhadap seseorang saat kita dikecewakan.
Yes, maybe time would heals all wounds, but I guess the scar would still be there. Kayak misalnya kena luka di kulit kan; darahnya hilang, lama kelamaan ga akan terasa sakit atau perih lagi, tapi bekas lukanya akan tetap ada.
People tend to be poetic when they are heartbroken, aren't they? hahaha maafkan saya jika saya terlihat memble atau cengeng. Iya, aku selalu merasa tidak cukup dengan diriku sendiri. Mungkin aku masih perlu memperbaiki diri. Mungkin aku masih butuh lebih banyak pelajaran lagi.
Dan untuk kamu diluar sana,
Mungkin aku tidak akan bersemangat dan memasang senyum idiot diwajahku saat aku bertemu denganmu lagi, namun mungkin aku akan tetap mengagumimu. Izinkan, ya?
Bagaimanapun, pengalaman jatuh cinta diam-diam sendirian menjadikan aku berfikir lebih dewasa. Lihat? Cinta bertepuk sebelah tangan tidak selamanya buruk..
Bagaimanapun, pengalaman jatuh cinta diam-diam sendirian menjadikan aku berfikir lebih dewasa. Lihat? Cinta bertepuk sebelah tangan tidak selamanya buruk..
P.S:
Setidaknya, "Masih bisa senyum kan?" akan selalu menjadi motivasi ku.
See you around, snowman.
God bless :]
0 Comments:
Post a Comment