![]() |
image source: tumblr |
Suasana didalam sana seperti dihantam kabut,
Gelap, abu-abu, jalanannya pun semrawut
Pelan sekali gadis itu berjalan
Sesekali ia terpeleset,
hingga jatuh tenggelam dalam pengandaian
Bagaikan tersesat dalam hutan
Namun harus terus berjalan walau penuh ketakutan
Kadang, ia mendengar ada suara memecah kesunyian
"Dia cantik"
atau, kadang kala..
"Bisakah aku menjadi yang lebih baik?"
Feb 10th, 2016. 00:08
V.
V.
her own thoughts
image source: tumblr
Bagaimana keadaanmu?
Jangan tanyakan aku, karena aku sendiri pun tidak tahu.
Tenang saja,
Aku tidak sedang menangis.
Aku baik-baik saja, walaupun aku tidak tahu apakah nyata atau terpaksa.
---
Ingat saat aku menanyakan menurutmu dari poin 1-10,
berapa nilai kamu mengenal aku?
Sesungguhnya, ada beberapa alasan.
Namun aku sendiri pun mungkin takut mengatakan itu.
Aku tanyakan sekali lagi boleh ya?
Seberapa kamu mengenal aku?
Seberapa kamu bisa membaca aku?
Coba sebutkan semua hal yang kamu tahu tentangku.
Apakah itu semua adalah hal yang pernah aku sebutkan padamu?
Tahukah kamu aku menyukai warna hijau tosca & biru langit jika aku tidak memberitahumu?
Tahukah kamu aku menyukai suara ombak dan music box jika aku tidak bercerita?
Tahukah kamu aku kecewa terhadap sesuatu jika aku tidak menunjukkan itu?
Tahukah kamu aku lebih memilih untuk bercerita langsung daripada mengetiknya?
Tahukah kamu aku dapat berfikiran yang macam-macam diatas jam 2 pagi?
Tahukah kamu apa saja yang dapat aku lakukan saat aku sedang berada dikeadaan seperti ini?
Tahukah kamu ketakutanku yang paling utama adalah mengecewakan orang tua?
Tahukah kamu aku sangat membenci diriku atas kecerobohanku sendiri?
Apakah kamu bisa membedakan mana senyum tulus dan mana yang tidak diwajahku?
Atau semuanya nampak sama olehmu?
Dapatkah kamu membaca kesedihan yang tidak aku ungkapkan?
---
Kamu pernah bilang kamu bisa membaca aku dari sorot mataku, benarkah?
Apakah kamu yakin akan hal itu?
Karena aku sendiri pun ragu..
Aku mengatakan aku baik-baik saja,
Aku katakan aku bisa melewatinya,
Tapi apakah kamu tahu?
Aku sendiri bahkan tidak yakin aku mampu.
Jiwaku hadir.
Tapi ragaku tidak disana.
Pikiranku tidak clear.
Hatiku mati rasa.
Bisakah kamu menolongku?
Kamu pernah bilang kamu bisa membaca aku dari sorot mataku, benarkah?
Apakah kamu yakin akan hal itu?
Karena aku sendiri pun ragu..
Aku mengatakan aku baik-baik saja,
Aku katakan aku bisa melewatinya,
Tapi apakah kamu tahu?
Aku sendiri bahkan tidak yakin aku mampu.
Jiwaku hadir.
Tapi ragaku tidak disana.
Pikiranku tidak clear.
Hatiku mati rasa.
Bisakah kamu menolongku?
tersesat
image source: tumblr
Jadi, di dunia ini ada 2 karakter, katanya.
Si pembicara dan si pendengar.
Pembicara adalah orang yang tebuka, yang sering menceritakan apa saja hal yang terjadi dikehidupannya dengan orang-orang di sekitarnya.
Berbeda dengan si pembicara, si pendengar adalah orang yang tertutup. Ia lebih suka mendengarkan cerita si pembicara. Lebih tenang, katanya. Tidak ingin membuat orang khawatir dengan mengumbar-umbarkan masalahnya.
Tidak jarang banyak orang yang setipe dengan si pembicara datang ke si pendengar untuk bercerita tentang masalahnya, bercerita tentang kehidupan cintanya, atau bahkan bercerita tentang ketakutannya. Dan seperti biasa, si pendengar pasti selalu mendengarkan dengan baik cerita-cerita tersebut, bahkan kadang-kadang memberikan saran atau solusi.
Tapi, jika saat si pendengar ada masalah,
saat si pendengar sedang berada di titik lemah yang paling bawah,
harus kepada siapa si pendengar ini bercerita?
Apakah para si pembicara cukup peduli padanya?
Karena biasanya dialah yang mendengarkan cerita orang lain,
apakah orang lain juga akan mendengarkannya?
Kalaupun ada, bagaimana si pendengar ini harus memulai ceritanya?
Ia tak pandai merangkai kata untuk membuat orang mengerti tentang masalahnya.
Ia takut, tidak akan ada yang mengerti perasaannya jika ia yang menyampaikannya.
Karena alasan itulah, si pendengar lebih sering memilih untuk diam dan memendam.
Karena alasan itulah, tak jarang banyak yang bilang bahwa si pendengar sendiri lah yang mem-block akses jalan jika ada yang ingin memberikan bantuan..
Bukan bermaksud untuk memblokir bantuan,
hanya saja..
apakah orang yang ingin mendengarkan si pendengar benar-benar bisa memberikan bantuan yang benar-benar sedang ia butuhkan?
ataukah orang tersebut hanya akan memberikan saran berupa kata sabar yang telah sering diucapkan?
Karena..
yang dibutuhkan si pendengar saat ini hanyalah support yang nyata,
tidak hanya berupa susunan kata-kata.
yang dibutuhkan si pendengar,
bukan pesan singkat yang tertulis untuk menghentikan tangis.
melainkan seseorang,
supaya dapat memberikan hiburan, atau setidaknya menenangkan.
Tapi,
harus bagaimana,
harus kepada siapa,
atau harus kemana agar si pendegar mendapatkannya?
kisah si pendengar
image source: tumblr
Tidak bisa diungkapkan lewat chat.
Rindu yang terpisahkan jarak lebih dari 600 kilometer,
Tidak bisa dilontarkan hanya dengan 160 karakter.
Aku ingin pulang,
Bertemu dengan orang-orang yang dengan melihat wajahnya saja dapat membuatku tenang.
Aku ingin pulang,
Bercanda dengan sepupuku, si kecil yang selalu menyapaku riang.
"Kan masih bisa telefon,"
kata suara disebrang sana
Ah, aku tidak suka,
Berinteraksi dengan batasan kamera.
Aku juga benci,
Karena suara saja tidak mengobati.
Aku ingin wujud asli.
29 Oktober 2015. 00:17
-V.
ingin pulang
Subscribe to:
Posts (Atom)